Desa Glinggang merupakan desa budaya yang terletak di bagian barat kota Ponorogo yang mempunyai keunikan tersendiri dalam melestarikan kebudayaan lokal, desa yang mayoritas penduduknya bermata pencarian sebagai petani ini berhasil melestarikan desa mereka dengan memaksimalkan budaya yang ada. Unsur kebudayaan dalam masyarakat sendiri merupakan keseluruhan yang kompleks termasuk di dalamnya pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat dan segala kemampuan dan kebiasaan lain yang ada di tengah masyarakat. Tidak lepas dari itu Desa Glinggan juga memiliki beragam kesenian.
Kebudayaan yang mereka angkat adalah Festival Methik Panen Raya, yang diadakan setiap 1tahun sekali, Methik padi biasanya dilakukan para petani saat hendak panen tiba, acara ini diikuti seluruh masyarakat desa glinggang serta setiap orang membawa ingkung atau tumbeng yang digunakan saat prosesi methik.
Sekitar 200 tumpeng yang ada hasil dari sumbangan sukarela warga Desa Glinggang walaupun hanya 1 tahun sekali namun acara ini digelar selama 10 hari, Didalam upacara metik juga terdapat umbul dungo dimana sebelum mulai makan tumpeng bersama – sama digelar acara berdoa yang dilakukan oleh seniman Ponorogo sekaligus ada beberapa warga asing yang turut berpartisipasi.
Desa Glinggang selain terkenal sebagai desa wisata budaya, Glinggang juga memiliki kesenian yang bermacam-macam.Setiap bagian di Glinggang memiliki bakat tersendiri jadi seluruh masyarakat Glinggang terjun dalam budaya dan kesenian mereka.Kesenian desa Glinggang diantaranya yaitu Reog, Cokekan, Gajah-gajah an, Jaran thek, dan Gejog Lesung.Namun sampai saat ini semua kesenian tersebut masih off dikarenakan covid. Nanti jika ppkm sudahdicabut ,semua kesenian reog yang ada di sampung akan ditampilkan di lapangan Glinggang.
Kesenian gajah-gajahan sendiri berlokasi di Glinggang Wetan, sementara kesenian reog di Glinggang Kulon. Karawitan di dukuh Nglundo.Cokean alatnya tidak sebanyak karawitan yg diambil beberapa alat saja, hingga saat ini kesenian itu masih aktif di Nglundo dengan diramaikan oleh sinden-sinden tua yg berumur sekitar 70-80 thn.
Diponorogo sendiri hanya ada di glinggang jatil lansia sebanyak 70 orang pada setiap tanggal 11 menampilkan seni reog di lapangan glinggang menampilkan 70 jatil lansia Rata-rata berumur 50-80 tahun, dan dihadiri oleh Bapak Bupati. Pada saat tradisi methik semua keseniantersebut di tampilkan dari pagi sudah kesawah diarak tumpeng 100 sekian, kemudian den-den sawah atau orang-orangan an sawah diarak dibawa ke lapangan, yang dibelakangnya ada reog, gajah-gajahan dan macam macam kesenian lainnya. Pada saat festival methik semua warga desa glinggang mempunyai peran.Kurang lebih 1800 ikut meramaikan festival.
Tidak lupa festival gejuk lesung yg diikuti peserta sejawa timur.Festival tersebut dilaksanakan selama 3 hari berturut-turut, jurinya sendiri diambil dari solo.Semua pendanaan berasal dari desa dan setiap RT di glinggang mempunyai ciri khas masing-masing mulai dari berseragam, berhias dll.